Krangkungan: Kampung Yang Tak Pernah Tidur
Ketika memasuki kawasan Krangkungan, aroma cat sablon terasa sangat menyengat. Maklum hampir 80 persen warga di kampung ini berprofesi sebagai pengrajin sablon. Menjelang tahun ajaran baru, seperti bulan-bulan ini, Kampung Krangkungan, Pandes, Wedi, Klaten bahkan nyaris tak pernah tidur, karena para penghuninya sibuk mengerjakan orderan yang bertumpuk.
Ketika berkeliling ke kampung ini, hampir semua warga sedang sibuk mengerjakan orderan sablon. Ada yang datang dari Jogja tapi ada juga yang terima orderan dari luar pulau. Iskandar misalnya, pengrajin yang memakai label “Top”, baru saja selesai mengerjakan orderan dari salah satu PTS di Jogja dan sedang bersiap-siap untuk tender kaos instansi pemerintah di Jogja.
Hal serupa juga dilakukan oleh Muhammad Ali. Dengan label “Hkaru”, dirinya terlihat sibuk mengomandani anak buahnya yang sedang mengerjakan pesanan dari sebuah PTN di Jogja. Untuk pekerjaan ini, Ali mempekerjakan 5 orang penjahit, sedangkan untuk tenaga sablon dikerjakan sendiri bersama keluarganya. “Untuk menghemat biaya,mas. Soalnya kita bisa kerjakan sendiri,” ujar Ali
Ali termasuk sosok yang cukup berpengaruh di Krangkungan. Sebab, dirinya termasuk dalam jajaran pengurus Kampung Sablon yang didirikan paska bencana gempa melanda Jogja dan sekitarnya. Di Paguyuban Kampung Sablon, Ali dan jajaran pengurus lain merancang program demi kemajuan bisnis sablon di kampungnya.
Meski produksi sudah menjangkau sampai luar pulau, namun kesibukan pengrajin di kampung ini masih tergantung pada pesanan. Untungnya, daerah Wedi masih menjadi tujuan utama dari pemesan kaos, sehingga orderan untuk para pengrajin masih terus mengalir. “Umumnya yang pesan di sini adalah para pelanggan lama. Pelanggan baru juga datang dari promosi pelanggan lama atau mereka yang coba-coba cari dari internet,“ ujar Ali. Memang tak semua orderan datang dari Paguyuban. Sebab, pihak Paguyuban memberi kebebasan anggotanya untuk mencari pelanggan sendiri, sesuai dengan tujuan utama didirikannya Paguyuban: membantu anggotanya untuk memperoleh pasar sehingga mereka dapat berproduksi.
Meski perajin menerima order sendiri-sendiri, namun bila mendapat pesanan partai besar, mereka mengerjakan bersama. Tiap bagian dikerjakan oleh ahlinya, misalnya sablon atau menjahit diserahkan ke anggota yang memiliki banyak mesin. Untuk pekerjaan yang tak bisa dikerjakan sendiri seperti bordir, diserahkan kepada langganan mereka. Dengan bekerja sama, pekerjaan menjadi lebih efisien daripada dikerjakan sendiri. Usaha mereka pun semakin berkembang.
Bulan-bulan ini, kesibukan terjadi hampir di seluruh penjuru kampung. Bahkan, ada beberapa pengrajin yang terpaksa menolak orderan karena tak mampu lagi mengerjakan. Kondisi serupa juga terjadi saat ada parpol yang hendak melakukan pertemuan atau kampanye. Namun, biasanya para pengrajin hanya menerima orderan dari partai politik yang bernar-benar mereka kenal pengurusnya. Sebab, berdasar pengalaman, banyak pengrajin yang tak terbayar ketika menerima orderan dari sebuah parpol besar dari Bandung dan Jakarta. *** (nyataindonesiaku)
0 komentar:
Posting Komentar