ads your site here

Breaking News
Loading...
Selasa, 17 Juli 2012

Dendy Darman - UNKL347





“Saya percaya Tuhan seperti menanam chip di dalam setiap tubuh manusia. Kita dilahirkan untuk melakukan bidang tertentu. Tidak mungkin rasanya manusia dilempar ke bumi tanpa dibekali hasrat atau kemampuan apapun.” (Dendy Darman) 


Kesenangan Berbuah Keuntungan

Untuk Dendy Darman, ia menyadari betul akan kemampuan  serta hasratnya yang tinggi dalam bidang seni khususnya seni grafis. Dari situ, ia lalu mengembangkannya lebih jauh lagi hingga apa yang menjadi kesenangannya pada akhirnya dapat menjadi sumber penghasilan untuk dirinya dan pada prosesnya juga menjadi sumber penghasilan bagi banyak orang.

Dendy Darman ialah satu dari empat orang pemilik UNKL347, sebuah perusahaan apparel yang dikenal sebagai pelopor dari perkembangan industri distribution outlet (distro) yang menjamur di banyak kota di Indonesia dalam 10 tahun terakhir.



Dendy lahir dan besar di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di kota tersebut, ia menghabiskan masa remajanya hingga duduk di bangku SMA. Karena gairahnya yang besar terhadap kesenian, ia lalu bertekad untuk melanjutkan pendidikan seni yang membuatnya hijrah ke kota Bandung karena di kota Makasar pada jaman itu tidak ada universitas yang membuka jalur untuk pendidikan seni.

Di Bandung, Dendy diterima di fakultas Seni Rupa ITB. Ia mengambil jurusan seni grafis. Di situ, kesenangannya terhadap dunia seni khususnya seni grafis mendapat rumahnya.

Salah satu mata kuliah yang diberikan pada jurusan seni grafis adalah teknik screen printing atau yang dikenal di Indonesia dengan istilah sablon. Dendy merasa amat senang mendapatkan pelajaran screen printing tersebut. Dari situ, ia mulai membuat karya grafis dengan menggunakan teknik sablon yang kebanyakan diaplikasikan ke dalam bentuk t-shirt yang ia kenakan sendiri ataupun t-shirt untuk merchandise band milik teman-temannya.

Lingkungan pertemanan Dendy semasa kuliah memang dekat dengan komunitas musik. Komunitas musik Bandung di pertengahan 90-an, memang tengah bergejolak. Banyak band-band bermunculan dengan semangat kemandirian yang tinggi. Semangat inilah yang menjadi pergerakan tersendiri atau yang populer dengan istilah independent.

Dendy yang memang pecinta musik merasa senang dapat membantu teman-temannya yang memiliki band. Bantuan yang diberikan Dendy adalah apa yang ia kuasai, yakni desain. Selain mendesain baju dari band teman-temannya, ia juga banyak mendesain sampul album dari band-band tersebut.
Kegiatan berkesenian dari seorang Dendy Darman secara perlahan mulai terbentuk ketika ia indekos di sebuah rumah di jalan Dago bernomer 347. Di rumah ini lah, berbagai band independent dan juga komunitas pecinta dunia desain sering berkumpul. “Di Dago 347, kegiatannya berpusat pada desain dan musik. Seru sekali suasana rumah kala itu. Kayak tempat nongkrong namun ada kamar yang bisa ditiduri, “ gurau Dendy ketika mengenang tempat kosnya dulu yang menjadi awal dari bisnis yang dijalankannya hingga kini.

Pada kelanjutannya, rumah di jalan Dago nomer 347 itu menjadi saksi bisu dari awal mula perjalanan panjang UNKL347. Di rumah tersebut, Dendy dengan beberapa orang temannya sepakat untuk membuat bisnis baju kecil-kecilan. Bisnis yang berangkat dari kegemaran Dendy membuat grafis dengan teknik sablon. Di awal perjalanannya, UNKL347 yang dulu hanya bernama 347 mulai memproduksi pakaian yang penjualannya masih hand to hand.  “Dulu yang beli yah teman-teman aja. Promosi juga dari mulut ke mulut,” tukas Dendy.

Promosi mulut ke mulut ini semakin meluas dengan banyaknya band yang sering berkumpul di rumah Dago 347 turut mengenakan pakaian yang diproduksi oleh Dendy dan teman-temannya.  Band-band independent seperti Cherry Bombshell, Pure Satudary dulu kerap mengenakan pakaian produksi 347 di setiap penampilan panggung mereka. Seiring band-band tersebut memiliki penggemar yang lebih banyak, nama 347 pun turut terkena imbasnya. Seiring waktu, 347 mendapat tempat khusus di hati banyak anak muda khususnya dalam komunitas musik independent Bandung di kala itu.


Pada prosesnya UNKL347 tidak hanya berkutat dengan komunitas musik saja, namun juga pada beberapa komunitas lain seperti komunitas surfing maupun skateboard yang juga merupakan kegemaran dari Dendy dan para pemilik UNKL347.


Namun bermanfaat bagi orang lain, di satu sisi juga menjadi beban tersendiri bagi Dendy. Sekarang ini, UNKL347 telah memiliki ratusan pegawai yang menggantungkan hidupnya pada bisnis yang awalnya hanya untuk kesenangan pribadi saja. Yang menjadi prioritas Dendy sekarang ini adalah berusaha untuk mempertahankan agar semua yang ia jalani ini ‘aman’ untuk orang-orang yang berada di dalam tubuh UNKL347.  “Saya tidak bisa berhenti. Saya terus berusaha agar bisnis ini tetap jalan. Tidak bisa asal-asalan lagi,” tukas Dendy.
Bukan hal yang mudah di jaman itu untuk sebuah produk lokal mendapat pengakuan dari banyak orang.  “Keadaan dulu kan sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Dulu orang masih menyukai produk pakaian buatan luar negeri. Dulu sangat susah meyakinkan orang bahwa produk lokal pun bisa sama bagusnya dengan produk luar,” tukas Dendy.







 

Membuka Peluang Bagi Banyak Orang


Sejarah pun berbicara, dengan kesuksesan yang diraih UNKL347, semakin banyak orang yang ingin terjun di industri yang sama yang secara otomatis menambah jejeran pesaing bagi UNKL347. Namun Dendy pribadi tidak mempersoalkan hal itu.  “Ketika sebuah pasar sudah terbentuk, pasti akan banyak orang yang melihatnya dari sudut pandang bisnis dan mencari peluang dari situ. Realitanya memang seperti itu. Wajar saja. Sementara ada juga yang melihat pasar yang sudah terbentuk ini sebagai medium untuk aktualisasi diri dimana mereka akan mengembangkan lebih lanjut lagi dari apa yang sudah ada. Kedua hal itu harus saling mengimbangi agar pasar berkembang dengan sehat dan menarik,” jelas Dendy.

Apapun itu tujuannya, maraknya pemain-pemain baru dalam industri distro yang berkembang pesat sekarang ini sangat disyukuri oleh Dendy.  “Alhamdulilah kalau ternyata pasar yang kami buat ternyata bisa juga menjadi peluang bagi orang lain. Dulu kami hanya sekedar menjual produk ke orang lain, namun sekarang misalnya kami tidak menjual produk apapun, namun orang lain bisa menjual produknya ke orang lain lagi. Jadi apa yang dikerjakan UNKL347 selama ini tidak hanya mencari keuntungan semata, namun alhamdulilah juga bisa membuat peluang bagi banyak orang di luar sana,” ungkapnya.


Untuk meyakinkan agar semua hal berjalan dengan semestinya, Dendy dan tiga pemilik UNKL347 lainnya, yakni Arifin Windarman, Anli Rizandi dan Lucky Widiantara harus terus terjun langsung ke dalam manajemen. Mereka sebagai Board of Director tidak mau untuk lepas tangan begitu saja dan hanya menikmati keuntungan yang ada. “Saya menyadari UNKL347 ini bukanlah bisnis yang bisa running dengan sistem. Saya tidak bisa santai-santai saja. Ibaratnya kami berempat harus seperti para pemilik toko kelontong keturunan Tionghoa yang hingga umur senja tetap terjun langsung melayani pembeli,” katanya.

Satu Pemikiran Dengan Pasar

UNKL347 memang telah menciptakan sebuah pasar baru. Sebuah pasar dimana produk pakaian lokal ternyata memiliki konsumen tersendiri. Walaupun konsumen yang tercipta masih terhitung kecil jumlahnya namun terhitung sangat loyal.

Mengenai pasar yang ia ciptakan ini, Dendy menjelaskannya lebih lanjut, “Pasar ini ikatan emosionalnya tinggi. Tidak sekedar membeli pakaian. Kita sebagai produsen seperti harus ‘kawin’ dengan pasar. Pasar harus merasa satu pikiran dengan apa yang kami buat. Dari pemikiran yang sama itulah, pasar bisa loyal.”
Satu pemikiran antara produsen dan konsumen dapat terbentuk ketika apa yang menjadi ketertarikan keduanya bisa dikatakan sama. Mulai dari musik, film, buku, majalah atau apapun yang menjadi ketertarikan Dendy dan kawan-kawan di UNKL347 ternyata juga dimiliki oleh para konsumen mereka.

Sementara banyak wirausahawan mengejar target pasar tertentu, UNKL347 tidak perlu berusaha keras. Karena pada dasarnya, target pasar mereka adalah diri mereka sendiri.  Tidak ada yang lebih menyenangkan ketika apa yang menjadi ketertarikan serta buah pikiran kita yang diterjemahkan menjadi produk mendapat sambutan positif dari pasar yang kebetulan satu pemikiran atau memiliki ketertarikan yang sama dengan kita.
Bagi Dendy dan teman-temannya para pemilik UNKL347, apa yang mereka lakukan adalah apa yang benar-benar mereka ketahui dan kuasai dari awal. Tidak usah berpikir muluk untuk menguasai bidang-bidang lain yang walaupun bidang tersebut dirasa akan dapat menguntungkan dari segi materil namun sebenarnya tidak kita minati.

“Yang terpenting adalah represent diri sendiri. Apa yang kamu buat adalah cerminan diri kamu sejujurnya. Buatlah sesuatu dari apa yang paling kamu ketahui, ” pesan Dendy menutup perbincangan.[]

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2013 Distro Cirebon All Right Reserved