Dendy Darman - UNKL347
Kesenangan Berbuah Keuntungan
Dendy Darman ialah satu dari empat orang pemilik UNKL347, sebuah perusahaan apparel yang dikenal sebagai pelopor dari perkembangan industri distribution outlet (distro) yang menjamur di banyak kota di Indonesia dalam 10 tahun terakhir.
Dendy lahir dan besar di kota Makassar,
Sulawesi Selatan. Di kota tersebut, ia menghabiskan masa remajanya
hingga duduk di bangku SMA. Karena gairahnya yang besar terhadap
kesenian, ia lalu bertekad untuk melanjutkan pendidikan seni yang
membuatnya hijrah ke kota Bandung karena di kota Makasar pada jaman itu
tidak ada universitas yang membuka jalur untuk pendidikan seni.
Salah satu mata kuliah yang diberikan pada jurusan seni grafis adalah teknik screen printing atau yang dikenal di Indonesia dengan istilah sablon. Dendy merasa amat senang mendapatkan pelajaran screen printing
tersebut. Dari situ, ia mulai membuat karya grafis dengan menggunakan
teknik sablon yang kebanyakan diaplikasikan ke dalam bentuk t-shirt yang
ia kenakan sendiri ataupun t-shirt untuk merchandise band milik teman-temannya.
Lingkungan pertemanan Dendy
semasa kuliah memang dekat dengan komunitas musik. Komunitas musik
Bandung di pertengahan 90-an, memang tengah bergejolak. Banyak band-band
bermunculan dengan semangat kemandirian yang tinggi. Semangat inilah
yang menjadi pergerakan tersendiri atau yang populer dengan istilah independent.
Dendy yang memang pecinta musik merasa
senang dapat membantu teman-temannya yang memiliki band. Bantuan yang
diberikan Dendy adalah apa yang ia kuasai, yakni desain. Selain
mendesain baju dari band teman-temannya, ia juga banyak mendesain sampul
album dari band-band tersebut.
Kegiatan berkesenian dari seorang Dendy
Darman secara perlahan mulai terbentuk ketika ia indekos di sebuah rumah
di jalan Dago bernomer 347. Di rumah ini lah, berbagai band independent
dan juga komunitas pecinta dunia desain sering berkumpul. “Di Dago 347,
kegiatannya berpusat pada desain dan musik. Seru sekali suasana rumah
kala itu. Kayak tempat nongkrong namun ada kamar yang bisa ditiduri, “
gurau Dendy ketika mengenang tempat kosnya dulu yang menjadi awal dari
bisnis yang dijalankannya hingga kini.
Pada kelanjutannya, rumah di jalan Dago
nomer 347 itu menjadi saksi bisu dari awal mula perjalanan panjang
UNKL347. Di rumah tersebut, Dendy dengan beberapa orang temannya sepakat
untuk membuat bisnis baju kecil-kecilan. Bisnis yang berangkat dari
kegemaran Dendy membuat grafis dengan teknik sablon. Di awal
perjalanannya, UNKL347 yang dulu hanya bernama 347 mulai memproduksi
pakaian yang penjualannya masih hand to hand. “Dulu yang beli yah teman-teman aja. Promosi juga dari mulut ke mulut,” tukas Dendy.
Promosi mulut ke mulut ini semakin
meluas dengan banyaknya band yang sering berkumpul di rumah Dago 347
turut mengenakan pakaian yang diproduksi oleh Dendy dan teman-temannya.
Band-band independent seperti Cherry Bombshell, Pure Satudary
dulu kerap mengenakan pakaian produksi 347 di setiap penampilan panggung
mereka. Seiring band-band tersebut memiliki penggemar yang lebih
banyak, nama 347 pun turut terkena imbasnya. Seiring waktu, 347 mendapat
tempat khusus di hati banyak anak muda khususnya dalam komunitas musik independent Bandung di kala itu.
Pada
prosesnya UNKL347 tidak hanya berkutat dengan komunitas musik saja,
namun juga pada beberapa komunitas lain seperti komunitas surfing maupun skateboard yang juga merupakan kegemaran dari Dendy dan para pemilik UNKL347.
Namun
bermanfaat bagi orang lain, di satu sisi juga menjadi beban tersendiri
bagi Dendy. Sekarang ini, UNKL347 telah memiliki ratusan pegawai yang
menggantungkan hidupnya pada bisnis yang awalnya hanya untuk kesenangan
pribadi saja. Yang menjadi prioritas Dendy sekarang ini adalah berusaha
untuk mempertahankan agar semua yang ia jalani ini ‘aman’ untuk
orang-orang yang berada di dalam tubuh UNKL347. “Saya tidak bisa
berhenti. Saya terus berusaha agar bisnis ini tetap jalan. Tidak bisa
asal-asalan lagi,” tukas Dendy.
Bukan hal yang mudah di jaman itu untuk
sebuah produk lokal mendapat pengakuan dari banyak orang. “Keadaan dulu
kan sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Dulu orang masih menyukai
produk pakaian buatan luar negeri. Dulu sangat susah meyakinkan orang
bahwa produk lokal pun bisa sama bagusnya dengan produk luar,” tukas
Dendy.
Membuka Peluang Bagi Banyak Orang
Sejarah
pun berbicara, dengan kesuksesan yang diraih UNKL347, semakin banyak
orang yang ingin terjun di industri yang sama yang secara otomatis
menambah jejeran pesaing bagi UNKL347. Namun Dendy pribadi tidak
mempersoalkan hal itu. “Ketika sebuah pasar sudah terbentuk, pasti akan
banyak orang yang melihatnya dari sudut pandang bisnis dan mencari
peluang dari situ. Realitanya memang seperti itu. Wajar saja. Sementara
ada juga yang melihat pasar yang sudah terbentuk ini sebagai medium
untuk aktualisasi diri dimana mereka akan mengembangkan lebih lanjut
lagi dari apa yang sudah ada. Kedua hal itu harus saling mengimbangi
agar pasar berkembang dengan sehat dan menarik,” jelas Dendy.
Apapun itu tujuannya, maraknya
pemain-pemain baru dalam industri distro yang berkembang pesat sekarang
ini sangat disyukuri oleh Dendy. “Alhamdulilah kalau ternyata
pasar yang kami buat ternyata bisa juga menjadi peluang bagi orang lain.
Dulu kami hanya sekedar menjual produk ke orang lain, namun sekarang
misalnya kami tidak menjual produk apapun, namun orang lain bisa menjual
produknya ke orang lain lagi. Jadi apa yang dikerjakan UNKL347 selama
ini tidak hanya mencari keuntungan semata, namun alhamdulilah juga bisa membuat peluang bagi banyak orang di luar sana,” ungkapnya.
Untuk meyakinkan agar semua hal berjalan
dengan semestinya, Dendy dan tiga pemilik UNKL347 lainnya, yakni Arifin
Windarman, Anli Rizandi dan Lucky Widiantara harus terus terjun
langsung ke dalam manajemen. Mereka sebagai Board of Director
tidak mau untuk lepas tangan begitu saja dan hanya menikmati keuntungan
yang ada. “Saya menyadari UNKL347 ini bukanlah bisnis yang bisa running dengan
sistem. Saya tidak bisa santai-santai saja. Ibaratnya kami berempat
harus seperti para pemilik toko kelontong keturunan Tionghoa yang hingga
umur senja tetap terjun langsung melayani pembeli,” katanya.
Satu Pemikiran Dengan Pasar
UNKL347 memang telah menciptakan sebuah
pasar baru. Sebuah pasar dimana produk pakaian lokal ternyata memiliki
konsumen tersendiri. Walaupun konsumen yang tercipta masih terhitung
kecil jumlahnya namun terhitung sangat loyal.
Mengenai pasar yang ia ciptakan ini,
Dendy menjelaskannya lebih lanjut, “Pasar ini ikatan emosionalnya
tinggi. Tidak sekedar membeli pakaian. Kita sebagai produsen seperti
harus ‘kawin’ dengan pasar. Pasar harus merasa satu pikiran dengan apa
yang kami buat. Dari pemikiran yang sama itulah, pasar bisa loyal.”
Satu pemikiran antara produsen dan
konsumen dapat terbentuk ketika apa yang menjadi ketertarikan keduanya
bisa dikatakan sama. Mulai dari musik, film, buku, majalah atau apapun
yang menjadi ketertarikan Dendy dan kawan-kawan di UNKL347 ternyata juga
dimiliki oleh para konsumen mereka.
Sementara banyak wirausahawan mengejar
target pasar tertentu, UNKL347 tidak perlu berusaha keras. Karena pada
dasarnya, target pasar mereka adalah diri mereka sendiri. Tidak ada
yang lebih menyenangkan ketika apa yang menjadi ketertarikan serta buah
pikiran kita yang diterjemahkan menjadi produk mendapat sambutan positif
dari pasar yang kebetulan satu pemikiran atau memiliki ketertarikan
yang sama dengan kita.
Bagi Dendy dan teman-temannya para
pemilik UNKL347, apa yang mereka lakukan adalah apa yang benar-benar
mereka ketahui dan kuasai dari awal. Tidak usah berpikir muluk untuk
menguasai bidang-bidang lain yang walaupun bidang tersebut dirasa akan
dapat menguntungkan dari segi materil namun sebenarnya tidak kita
minati.
“Yang terpenting adalah represent
diri sendiri. Apa yang kamu buat adalah cerminan diri kamu sejujurnya.
Buatlah sesuatu dari apa yang paling kamu ketahui, ” pesan Dendy menutup
perbincangan.[]
0 komentar:
Posting Komentar