Suguhan Musik Hardcore Yang Energik Oleh Bane
Foto : Rangga FN |
Ratusan hardcore kids telah
berkumpul sejak kamis (17/5), siang hari di Gedung Seni Pos 4, Lanud
Sulaeman Kab. Bandung. untuk menyaksikan grup band hardcore asal Boston,
Amerika Serikat, Bane. Setelah dibuka oleh 15 band hardcore kota
Bandung seperti Under 18, Outright, Blind To See, Billfold, Komplete
Kontrol, Step Ahead dan lain sebagainya, giliran Bane untuk unjuk
taring. Ini merupakan kali kedua Bane tampil di Indonesia setelah pada
tahun 2010 lalu mereka tampil di Jakarta. Sehari sebelumnya, (16/5)
Bane juga mengelar konser Rossi Music Fatmawati, Jakarta.
Band yang telah berkarir sejak tahun
1995 tersebut, saat ini digawangi oleh Aaron Bedard (vokal), Aaron
Dalbec (gitar), Zach Jordan (gitar), Brendan Stu (bass) dan Bob Mahoney
(drums). Ratusan hardcore kids yang sudah menunggu Bane sejak
siang segera merapat ke arena pit ketika mc menyebut nama Bane sebagai
menu utama pada malam itu. Sempat ada masalah teknis pada sound gitar
gitar milik Zach, pada pukul tujuh malam, Bane langsung menggeber
dengan nomor-nomor andalan seperti “Ante Up”, “The Paint Chips Away”,
“Pot Commited”, “Hoods Up”, “Woulda, Coulda, Shoulda”, “My Theraphy” dan
juga “Speechless”.
Usia Bedard yang sudah mencapai 43
tahun, tidak menghalanginya untuk tampil atraktif dan energik diatas
panggung. Musik hardcore milik Bane yang menghentak, seirama dengan
Bedard yang bergerak kesana-kemari mengintari pentas. Bahkan beberapa
kali pula ia beradu fisik dengan para penonton yang saling berebut
mendapatkan mic milik Bedard.
Aksinya yang begitu energik, membuat penonton pun tidak ragu untuk stage diving, slam dance, gorilla dance, crowd surfing dan juga circle pit.
Namun sayang, kondisi venue yang kurang memadai membuat kondisi tidak
nyaman untuk menikmati suguhan Bane. Debu tebal yang sudah sejak lama
‘tertanam’ di arena pit, berterbangan kemana-mana ketika para penonton
aktif bergerak mengikuti irama Bane. Memang venue kala itu jauh dari
kata layak untuk sebuah pagelaran internasional. Gedung tersebut
sejatinya merupakan gedung bekas bioskop yang sudah lama kosong tak
berpenghuni. Debu tebal, atap yang bolong serta coretan-coretan vandal
memenuhi dinding menjadi pemandangan lumrah malam itu. Memang kondisi
tersebut menciptakan sensasi tersendiri, kita seolah diajak pada kondisi
awal skena punk & hardcore di Amerika tahun 1975-1985 yang banyak
memanfaatkan gedung kosong tak berpenghuni untuk membuat gigs.
Memprihatinkan? Tentu tidak, ditengah
sulitnya mencari venue dan perijinan di Kota Bandung untuk menggelar
acara semacam ini, sudah sepatutnya kita berterima kasih kepada Psywar
dan United Primitive selaku panitia, karena tidak berpangku tangan
terhadap pemerintah!
Foto : Rangga FN |
Well,
malam pun semakin panas pada waktu itu, bisa dilihat sendiri dari
t-shirt para personil Bane yang basah kuyup. Pukul delapan malam, Bane
mengakhiri kemeriahan pesta hardcore malam itu dengan lagu “Can We Start
Again?”. Yes, can we start again, Bane? Karena para penonton
masih belum cukup puas pada malam itu. Sayangnya mereka tidak
menyiapkan materi lagi. Total Bane membawakan 11 lagu, perpaduan dari
album It All Comes Down to This, Give Blood, The Note, dan juga Holding This Moment. Satu pelajaran penting yang didapat dari gelaran ini adalah jangan berhenti berkreasi meskipun dalam keterbatasan. Keep positive mental attitude!
Sumber : Gigsplay
0 komentar:
Posting Komentar